Dengandemikian, jika manusia ingin menjadi termasuk ke dalam orang-orang yang ditakdirkan bahagia di akhirat, maka hendaknya mereka beramal (berbuat) dengan mengikuti perintah dan larangan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW ketika menjalani hidupnya di dunia.". KehidupanAkhirat Adalah Tujuanโ€”โ€”โ€” Allah SWT berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat".โ€”โ€”-Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Segalasesuatu yang akan terjadi di masa depan bisa kita persiapkan dari sekarang. Yaitu dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit bekal untuk sesuatu yang tak terduga. Semakin banyak bekal kita, semakin banyak pula kesuksesan yang akan kita raih nantinya. (Baca juga: Dimuliakan Allah dan Rasulullah Setelah Memuliakan Anak Yatim) Kesuksesan yang dimaksud bukanlah kesuksesan di dunia semata Dalammenjalani hidup, manusia harus menjadikan Allah sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita (Dasuqi, 2008). Demikian juga hendaknya memandang kesuksesan. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. dan menjadi orang yang disukai . 1 Pendapat / 5 Dipublikasi pada 2022-11-16 062304 pengarang Islam mengajarkan pemeluknya untuk bekerja dan beramal. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan melakukan amal ibadah untuk menabung kebutuhan hidup di akhirat. Selama kita masih hidup di dunia ini mari kita jadikan dunia sebagai ladang amal dan pahal untuk kehidupan kita di akhirat. Nabi Isa as pernah berkata, โ€œKalian bekerja dan beramal untuk dunia meskipun kadang tanpa kalian bekerja pun, kalian akan diberi rezeki. Namun kalian tidak beramal untuk akhirat yang mana kalian tidak akan diberikan pahala kalau kalian tidak beramal dan bekerja.โ€ Sungguh ibarat yang sangat indah dan penuh makna dari Nabi Isa as. Kalam beliau begitu sangat tepat untuk menggambarkan kehidupan manusia dari dahulu sampai sekarang, terlebih khusus di jaman sekarang. Di jaman sekarang begitu banyak cobaan yang membuat manusia mencintai dunia dan berkhayal bahwa dunia adalah tempat terakhir bagi mereka. Ketika mereka berkhayal bahwa dunia menjadi tempat terakhir bagi mereka maka akan timbul keyakinan bahwasanya kebahagiaan di dunia harus dijadikan nomor satu dalam setiap perencanaan. Sehingga mereka bekerja dan bekerja hanya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia. Ini adalah sebuah kekeliruan yang sangat besar untuk agama-agama langit, terlebih khusus agama Islam. Dari kalam Nabi Isa as bisa kita pahami bahwa ada kehidupan selain dunia yaitu kehidupan akhirat. salah satu kekhususan kehidupan akhirat adalah jika kita tidak beramal dan bekerja maka kita tidak akan mendapatkan pahala dan rejeki di sana. berbeda dengan di dunia yang mana kadang walaupun tidak berkeja maka kita masih diberikan rejeki. Misalnya saja rejeki kesehatan, rejeki hidup, dan lain-lain. Pembaca yang budiman maka dari itu dengan bercermin dari kalam Nabi Isa as mari kita bekerja dan beramal. Selama kita masih hidup di dunia ini mari kita jadikan dunia sebagai ladang amal dan pahal untuk kehidupan kita di akhirat. ๏ปฟOleh Iu Rusliana JAKARTA - Tetap sederhana dan tidak berlebihan dalam menyikapi segala persoalan kehidupan adalah ciri insan beriman. Harta, jabatan, dan berbagai pernik duniawi tak harus menjadikan kita lupa diri dan Umamah Iyash bin Tsa'labah al-Anshariy al-Haritsy RA berkata, "Pada suatu hari Rasulullah SAW membicarakan masalah dunia. Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, 'Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan itu sebagian dari iman'." HR Abu Daud. Hidup ini harus dijalani dengan penuh kesederhanaan, bersyukur, dan tidak berlebihan. Bila sedang berkuasa dan memiliki banyak harta, tetaplah sadari bahwa itu semua adalah amanah-Nya. Tak perlu harus berubah sikap, merasa diri hebat, kaya raya, dan dapat memenuhi semua keinginan. Tak ada yang sempurna, kecuali pemiliknya, yang yang hatinya dipenuhi keimanan akan senantiasa menjalani hari-harinya dengan apa adanya. Termasuk dalam menghadapi segala persoalan hidup, kita dituntut untuk biasa saja menyikapinya, tidak overacting, bahkan terkesan didramatisasi dan "lebay".Sikap melampaui batas berlebihan, termasuk dalam mengelola harta sangat tidak disukai Allah SWT. Firman-Nya dalam Alquran, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" QS al-A'raaf 31.Bukan hanya terhadap harta dan jabatan, demikian pula dalam menjalani kehidupan, tak perlu disikapi berlebihan. Cukupi semua yang dialami, baik itu kebahagiaan maupun kesedihan, dengan syukur dan ikhtiar serta berusaha mendapatkan hikmah di balik itu kita saking bahagianya lupa mengucap dan bersikap penuh syukur, terlena dan bahkan lupa diri. Atau mungkin ketika dilanda musibah, ujian datang terus-menerus, seolah-olah kitalah yang paling menderita, lalu putus kita merasa hidup ini rumit seakan terus dilanda kesusahan tak berujung. Padahal, banyak saudara kita yang telah hilang rasa pedihnya hidup saking setiap saat kesusahan menyertai. Sahabat kita di Palestina dan negara-negara yang tengah berperang, jauh lebih menderita. Sebaliknya, bagi Anda yang merasa jemawa, sungguh ada orang yang tidak lagi merasa kaya karena hartanya melimapah ruah di SAW bersabda, "Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan jangan kamu memperhatikan orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih pantas agar kamu semua tidak menganggap sepele nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadamu." HR Bukhari dan Muslim.Suka dan duka tentunya sering menyapa dan bergantian rupa. Sapalah dan pastikan semua proses yang dialami itu penuh makna. Jadikan semua itu sebagai pelajaran dan pembelajaran dalam kehidupan. Karena baik kebahagiaan maupun kesusahan selalu menyimpan hikmah. Bagi mereka yang beriman, menemukan hikmah di balik itu semua merupakan jalan hidup yang singkat ini dengan kesederhanaan dan penuh rasa syukur. Dengan penuh kesadaran bahwa hidup tidak selalu di atas dan tidak juga selamanya di bawah. Sesungguhnya, baik kebahagiaan maupun kesusahan, merupakan ujian dari Allah. Perbanyaklah beramal saleh, membantu yang susah, dan bermanfaat bagi orang lain untuk bekal kehidupan akhirat SAW bersabda, "Ada tiga hal yang mengikuti kepergian jenazah, yaitu keluarga, harta, dan amalnya. Dua di antaranya akan kembali, hanya satu yang tetap menyertainya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan yang tetap adalah amalnya." HR Bukhari dan Muslim. Wallahu 'alam. Ilustrasi 5 Alasan Manusia Harus berilmu untuk Melangsungkan Hidup. Sumber sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk memperoleh ilmu dan kepandaian, kita harus selalu belajar. Mengapa manusia harus berilmu untuk melangsungkan hidupnya? Berikut ini adalah penjelasan mengenai alasan mengapa kita harus berilmu untuk melangsungkan hidup. Ilustrasi 5 Alasan Manusia Harus berilmu untuk Melangsungkan Hidup. Sumber Krukov5 Manfaat Ilmu untuk Kelangsungan HidupMenurut KBBI ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di suatu bidang pengetahuan. Ilmu juga dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Oleh karena itu, ilmu sangat penting dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup. Manfaat Ilmu bagi kelangsungan hidup manusia adalah sebagai berikutIlmu pengetahuan memberikan kita berbagai wawasan dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada dalam kehidupan dan di dunia. Jika kita memiliki wawasan yang luas maka pemikiran kita juga akan terbuka luas sehingga tidak akan gampang menilai sesuatu dari luarnya ilmu pengetahuan yang banyak, kita memiliki banyak keahlian. Keahlian ini dapat kita gunakan sebagai bekal dalam bertahan hidup dan bekerja. Ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas membuat kita bisa menyelesaikan segala permasalahan hidup. Jika kita mempunyai banyak ilmu dan wawasan, saat kita menemukan permasalahan, kita akan lebih mudah mengenali permasalahan tersebut dan mencari solusi untuk ilmu yang kita miliki, kita memiliki pegangan dalam hidup dan dapat membedakan mana yang baik dan yang benar sehingga tidak mudah terbawa arus pergaulan yang dapat merugikan kita. Ilmu pengetahuan bermanfaat bagi kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Kita bisa membantu permasalahan orang lain dengan ilmu yang kita miliki. Selain itu, kita juga bisa mengajarkan ilmu tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan. Cara mendapatkan ilmu adalah dengan belajar. Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah dan dari buku-buku saja. Belajar dapat dilakukan dengan mengenal lingkungan sekitar dan dari orang-orang di sekitar kita. Ilustrasi 5 Alasan Manusia Harus berilmu untuk Melangsungkan Hidup. Sumber NilovItulah 5 alasan manusia harus berilmu untuk melangsungkan hidup. Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat untuk Anda. IND Beramal Akhirat untuk Tujuan Dunia Contoh Bersedekah Hanya Untuk Memperlancar Rizki Oleh Ustadz Abduh Tuasikal, Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli ala nabiyyina Muhammad wa ala aalihi wa shohbihi wa sallam. Itulah yang sering kita lihat pada umat Islam saat ini. Mereka memang gemar melakukan puasa sunnah yaitu puasa Senin-Kamis dan lainnya, namun semata-mata hanya untuk menyehatkan badan sebagaimana saran dari beberapa kalangan. Ada juga yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuan untuk memperlancar rizki dan karir. Begitu pula ada yang rajin bangun di tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan badan. Semua yang dilakukan memang suatu amalan yang baik. Tetapi niat di dalam hati senyatanya tidak ikhlash karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau memang demikian, mereka bisa termasuk orang-orang yang tercela sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut. Dengan Amalan Sholeh Hanya Mengharap Keuntungan Dunia, Sungguh Akan Sangat Merugi Allah Taโ€™ala berfirman, ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุฑููŠุฏู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉูŽ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุฒููŠู†ูŽุชูŽู‡ูŽุง ู†ููˆูŽูู‘ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ูŽุง ู„ูŽุง ูŠูุจู’ุฎูŽุณููˆู†ูŽ 15 ุฃููˆู„ูŽุฆููƒูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠ ุงู„ู’ุขูŽุฎูุฑูŽุฉู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ูˆูŽุญูŽุจูุทูŽ ู…ูŽุง ุตูŽู†ูŽุนููˆุง ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽุจูŽุงุทูู„ูŒ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู†ูŽ 16 โ€œBarangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.โ€ QS. Hud [11] 15-16 Yang dimaksud dengan โ€œBarangsiapa yang menghendaki kehidupan duniaโ€ yaitu barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat. Yang dimaksud โ€œperhiasan duniaโ€ adalah harta dan anak. Mereka yang beramal seperti ini โ€œniscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikanโ€. Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah yubkhosuun, yaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan dikurangi. Ini berarti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari seutuhnya sempurna. Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan sholeh, boleh jadi seseorang akan bertambah sehat, rizki semakin lancar dan karir terus meningkat. Dan itu senyatanya yang mereka peroleh dan Allah pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat? Lihatlah firman Allah selanjutnya yang artinya, โ€œItulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali nerakaโ€. Inilah akibat orang yang hanya beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka memang di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah Taโ€™ala berfirman, ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ู’ุขูŽุฎูุฑูŽุฉูŽ ูˆูŽุณูŽุนูŽู‰ ู„ูŽู‡ูŽุง ุณูŽุนู’ูŠูŽู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูุคู’ู…ูู†ูŒ ููŽุฃููˆู„ูŽุฆููƒูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุณูŽุนู’ูŠูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุดู’ูƒููˆุฑู‹ุง โ€œDan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah muโ€™min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.โ€ QS. Al Israaโ€™ 19 Orang-orang seperti ini juga dikatakan โ€œlenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakanโ€. Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka. Lihat penjelasan ayat ini di Iโ€™aanatul Mustafid, 2/92-93 Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan dunia, memperlancar rizki, umur panjang, dan lain sebagainya. Ibnu Abbas โ€“radhiyallahu anhuโ€“ menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau โ€“radhiyallahu anhuโ€“ mengatakan, โ€œSesungguhnya orang yang riyaโ€™, mereka hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.โ€ Ibnu Abbas juga mengatakan, โ€œBarangsiapa yang melakukan amalan puasa, shalat atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah โ€œAllah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia lenyap di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugiโ€.โ€ Perkataan yang sama dengan Ibnu Abbas ini juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya. Qotadah mengatakan, โ€œBarangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah, dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.โ€ Lihat Tafsir Al Qurโ€™an Al Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16 Hanya Beramal Untuk Menggapai Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bagianpun Di Akhirat Kenapa seseorang beribadah dan beramal hanya ingin menggapai dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari dunia, maka dia memang akan diberi. Jika shalat tahajud, puasa senin-kamis yang dia lakukan hanya ingin meraih dunia, maka dunia memang akan dia peroleh dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat? Sungguh di akhirat dia akan sangat merugi. Dia tidak akan memperoleh balasan di akhirat disebabkan amalannya yang hanya ingin mencari-cari dunia. Namun bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Allah Taโ€™ala berfirman, ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุฑููŠุฏู ุญูŽุฑู’ุซูŽ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ู†ุฒุฏู’ ู„ูŽู‡ู ูููŠ ุญูŽุฑู’ุซูู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุฑููŠุฏู ุญูŽุฑู’ุซูŽ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู†ูุคู’ุชูู‡ู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ู„ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ู…ูู†ู’ ู†ูŽุตููŠุจู โ€œBarang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.โ€ QS. Asy Syuraa 20 Ibnu Katsir โ€“rahimahullahโ€“ menafsirkan ayat di atas, โ€œBarangsiapa yang mencari keuntungan di akhirat, maka Kami akan menambahkan keuntungan itu baginya, yaitu Kami akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat yang dia harapkan. Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami balas setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah. โ€ฆ Namun jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai akhirat sama sekali, maka balasan akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan diberi sesuai dengan yang Allah kehendaki. Dan jika Allah kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa senang dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap seluruhnya dari dirinya.โ€ Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul Aliyah, dari Ubay bin Kaโ€™ab -radhiyallahu anhu-, beliau mengatakan, ุจุดุฑ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ุฉ ุจุงู„ุณู†ุงุก ูˆุงู„ุฑูุนุฉ ูˆุงู„ุฏูŠู† ูˆุงู„ุชู…ูƒูŠู† ููŠ ุงู„ุฃุฑุถ ูู…ู† ุนู…ู„ ู…ู†ู‡ู… ุนู…ู„ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ู„ู„ุฏู†ูŠุง ู„ู… ูŠูƒู† ู„ู‡ ููŠ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ู…ู† ู†ุตูŠุจ โ€œUmat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.โ€ HR. Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al Hakim dan Al Baiaqi. Al Hakim mengatakan sanadnya shahih. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib Terdapat pula riwayat dalam Al Baihaqi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ุจุดุฑ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ุฉ ุจุงู„ุชูŠุณูŠุฑ ูˆุงู„ุณู†ุงุก ูˆุงู„ุฑูุนุฉ ุจุงู„ุฏูŠู† ูˆุงู„ุชู…ูƒูŠู† ููŠ ุงู„ุจู„ุงุฏ ูˆุงู„ู†ุตุฑ ูู…ู† ุนู…ู„ ู…ู†ู‡ู… ุจุนู…ู„ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ู„ู„ุฏู†ูŠุง ูู„ูŠุณ ู„ู‡ ููŠ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ู…ู† ู†ุตูŠุจ โ€œUmat ini diberi kabar gembira dengan kemudahan, kedudukan dan kemulian dengan agama dan kekuatan di muka bumi, juga akan diberi pertolongan. Barangsiapa yang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia, maka dia tidak akan memperoleh satu bagian pun di akhirat. โ€ Tanda Seseorang Beramal Untuk Tujuan Dunia Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab โ€œSiapa yang menjaga diri dari fitnah hartaโ€. Dari Abu Hurairah โ€“radhiyallahu anhu-, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ุชูŽุนูุณูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ูŽุงุฑู ุŒ ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูุฑู’ู‡ูŽู…ู ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุทููŠููŽุฉู ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽู…ููŠุตูŽุฉู ุŒ ุฅูู†ู’ ุฃูุนู’ุทูู‰ูŽ ุฑูŽุถูู‰ูŽ ุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูุนู’ุทูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฑู’ุถูŽ ุชูŽุนูุณูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุชูŽูƒูŽุณูŽ โ€œCelakalah hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa.โ€ HR. Bukhari. Qothifah adalah sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah. Iโ€™aanatul Mustafid, 2/93 Kenapa dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah? Karena mereka yang disebutkan dalam hadits tersebut beramal untuk menggapai harta-harta tadi, bukan untuk mengharap wajah Allah. Demikianlah sehingga mereka disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin mengharap wajah Allah semata, mereka itulah yang disebut hamba Allah sejati. Di antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin menggapai dunia disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam selanjutnya โ€œJika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia pun tidak ridho murka, dia akan celaka dan kembali binasaโ€. Hal ini juga yang dikatakan kepada orang-orang munafik sebagaimana dalam firman Allah, ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู„ู’ู…ูุฒููƒูŽ ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽุฏูŽู‚ูŽุงุชู ููŽุฅูู†ู’ ุฃูุนู’ุทููˆุง ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุฑูŽุถููˆุง ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูุนู’ุทูŽูˆู’ุง ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุณู’ุฎูŽุทููˆู†ูŽ โ€œDan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang distribusi zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.โ€ QS. At Taubah 58 Itulah tanda seseorang dalam beramal hanya ingin menggapai tujuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia, dia ridho. Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak kunjung datang, dia akan murka dan marah. Dalam hatinya seraya berujar, โ€œSudah sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar.โ€ Inilah tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan sholehnya. Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan selalu sabar. Karena orang mukmin, dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan bahwa sebagian sahabat tidak ridho jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan untuk senantiasa komitmen dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap pada kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Akan tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari Umar bin Khottob, ู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ูŠูุนู’ุทููŠู†ูู‰ ุงู„ู’ุนูŽุทูŽุงุกูŽ ููŽุฃูŽู‚ููˆู„ู ุฃูŽุนู’ุทูู‡ู ุฃูŽูู’ู‚ูŽุฑูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู‘ูู‰. ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฃูŽุนู’ุทูŽุงู†ูู‰ ู…ูŽุฑู‘ูŽุฉู‹ ู…ูŽุงู„ุงู‹ ููŽู‚ูู„ู’ุชู ุฃูŽุนู’ุทูู‡ู ุฃูŽูู’ู‚ูŽุฑูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู‘ูู‰. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ุฎูุฐู’ู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ุฌูŽุงุกูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูุดู’ุฑููู ูˆูŽู„ุงูŽ ุณูŽุงุฆูู„ู ููŽุฎูุฐู’ู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ู„ุงูŽ ููŽู„ุงูŽ ุชูุชู’ุจูุนู’ู‡ู ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ยป. โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan suatu pemberian padaku.โ€ Umar lantas mengatakan, โ€œBerikan saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh lebih miskin dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.โ€ Umar pun tetap mengatakan, โ€œBerikan saja pada orang yang lebih butuh lebih miskin dariku.โ€ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda, โ€œAmbillah harta tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya, maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya.โ€ HR. Bukhari dan Muslim. Sekali lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat atau pun tidak, amalan sholehnya tidak akan pernah berkurang. Karena orang mukmin sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia ridho. Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka dan marah. Dia ridho karena mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya, dia murka karena kenikmatan dunia yang tidak kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar melakukan amalan sholeh. Itulah sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham dan hamba pakaian. Beragamnya Niat dan Amalan Untuk Menggapai Dunia Niat seseorang ketika beramal ada beberapa macam [Pertama] Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmat pun. Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat. [Kedua] Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna. [Ketiga] Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal semacam mujahid yang berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya, maka tidak mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. Lihat Al Qoulus Sadiid, 132-133 Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam [Pertama] Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan. Misalnya Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki. [Kedua] Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุจู’ุณูŽุทูŽ ู„ูŽู‡ู ููู‰ ุฑูุฒู’ู‚ูู‡ู ูˆูŽูŠูู†ู’ุณูŽุฃูŽ ู„ูŽู‡ู ููู‰ ุฃูŽุซูŽุฑูู‡ู ููŽู„ู’ูŠูŽุตูู„ู’ ุฑูŽุญูู…ูŽู‡ู โ€œBarangsiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim hubungan antar kerabat.โ€ HR. Bukhari dan Muslim Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlash, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah sebagai tambahan nikmat untuknya karena syariโ€™at telah menunjukkan adanya balasan dunia dalam amalan ini. Lihat At Tamhid Li Syarh Kitabit Tauhid Perbedaan dan Kesamaan Beramal untuk Meraih Dunia dengan Riyaโ€™ Syaikh Muhammad At Tamimi โ€“rahimahullah- membawakan pembahasan ini dalam Kitab Tauhid pada Bab โ€œTermasuk kesyirikan, seseorang beribadah untuk mencari duniaโ€. Beliau โ€“rahimahullah- membawakannya setelah membahas riyaโ€™. Kenapa demikian? Riyaโ€™ dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-sama adalah amalan hati dan terlihat begitu samar karena tidak nampak di hadapan orang banyak. Namun, Keduanya termasuk amalan kepada selain Allah Taโ€™ala. Ini berarti keduanya termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi syirik yang samar. Keduanya memiliki peredaan. Riyaโ€™ adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya. Tetapi perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa amalan seseorang untuk mencari dunia lebih nampak hasilnya daripada riyaโ€™. Alasannya, kalau seseorang melakukan amalan dengan riyaโ€™, maka jelas dia tidak mendapatkan apa-apa. Namun, untuk amalan yang kedua, dia akan peroleh kemanfaatan di dunia. Akan tetapi, keduanya tetap saja termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di hadapan Allah Taโ€™ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik dalam niat maupun tujuan. Jadi kedua amalan ini memiliki kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari sisi yang lain. Kenapa Engkau Tidak Ikhlash Saja dalam Beramal? Sebenarnya jika seseorang memurnikan amalannya hanya untuk mengharap wajah Allah dan ikhlash kepada-Nya niscaya dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia cari-cari. Namun, jika seseorang mencari-cari dunia dan dunia yang selalu menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia akan mendapatkan dunia tetapi sekadar yang Allah takdirkan saja. Ingatlah ini โ€ฆ !! Semoga sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bisa menjadi renungan bagi kita semua, ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ู‡ูŽู…ู‘ูŽู‡ู ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุบูู†ูŽุงู‡ู ููู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽุฌูŽู…ูŽุนูŽ ู„ูŽู‡ู ุดูŽู…ู’ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุชูŽุชู’ู‡ู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽู‡ูู‰ูŽ ุฑูŽุงุบูู…ูŽุฉูŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู‡ูŽู…ู‘ูŽู‡ู ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ููŽู‚ู’ุฑูŽู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุนูŽูŠู’ู†ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽููŽุฑู‘ูŽู‚ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุดูŽู…ู’ู„ูŽู‡ูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฃู’ุชูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู…ูŽุง ู‚ูุฏู‘ูุฑูŽ ู„ูŽู‡ู โ€œBarangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.โ€ HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul Ahwadzi, 7/139 Marilah โ€“saudaraku-, kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah semua amalan hanya untuk menggapai ridho Allah. Janganlah niatkan setiap amalanmu hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah amalan tersebut pada Allah, niscaya dunia juga akan engkau raih. Yakinlah hal ini โ€ฆ!! Semoga Allah selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus. Alhamdulillahilladzi bi niโ€™matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala wa alihi wa shohbihi wa sallam. Rujukan 1. Al Qoulus Sadiid Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Saโ€™di, Wizarotusy syuโ€™un Al Islamiyyah wal Awqof wad Daโ€™wah wal Irsyad-Al Mamlakah Al Arobiyah As Suโ€™udiyah. 2. Iโ€™aanatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan. 3. At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid, Sholeh bin Abdul Aziz Alu Syaikh, Daar At Tauhid. 4. Tafsir Al Qurโ€™an Al Azhim, Abul Fidaโ€™ Ismaโ€™il bin Umar bin Katsir Al Qurosyi Ad Dimasyqi, Tahqiq Saami bin Muhammad Salamah, Dar Thobiโ€™ah Lin Nasyr wat Tauziโ€™. 5. Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jaamiโ€™it Tirmidzi, Muhammad Abdurrahman bin Abdirrahim Al Mubarakfuriy Abul Alaa, Darul Kutub Al Ilmiyyah, Beirut. **** KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28

mengapa manusia harus beramal untuk kehidupan akhirat